11 Februari 2011

Hal Termudah Untuk Dilakukan : Menyalahkan Orang Lain

Masih segar di pikiran saya bagaimana ketika duduk di bangku SMA dulu pernah saya berteriak lantang menyalahkan pemerintah yang sekonyong-konyong (baca=tiba-tiba) menaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak.blue). Berbagai anggapan yang menyudutkan pemerintah  dan menganggap mereka tidak becus mengurus perekonomian semakin memperparah kekesalan saya. Tak lama berselang, selepas SMA, rupanya Tuhan ingin memberi pengajaran kepada saya. Tuhan menakdirkan saya untuk belajar di salah satu PTK yang berkutat dengan masalah uang dan perekonomian negara. Nah.. di sinilah asal muasal alasan kicau ini saya buat…
Pada suatu senja saat matahari mulai tergelincir (maksudnya?!), saya bergegas menuju ruang kelas di salah satu gedung PTK tempat saya ngilmu untuk mengikuti salah satu sesi perkuliahan yang membahas tentang kebijakan fiskal. Seperti yang sudah - sudah, saya kembali dipusingkan dengan guratan indah nan menawan (biasa disebut dengan nama kurva) yang dipaparkan oleh dosen saya (sebut saja Pak Budi, jangan disebut bunga) terkait dengan kebijakan – kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Dalam sesi tersebut, dijelaskanlah beberapa cara yang digunakan untuk mencetak kondisi perekonomian yang stabil di Indonesia. Di antara penjelasan – penjelasan beliau yang aktual, tajam dan terpercaya, saya merasa tersentil dengan kebijakan menaikkan harga BBM sebagai penyeimbang kondisi ekonomi. Nah…sejak saat itulah saya mengetahui bahwa kebijakan menaikan harga BBM itu penting untuk diimplementasikan dan diambil dengan pertimbangan yang amat sangat rumit sekali. Kejadian ini kemudian menyadarkan saya bahwa apa yang saya teriakkan dulu hanya memperjelas status saya sebagai salah satu lagu Ada band (Manusia Bodoh.blue). (T_T)
          Entah mungkin ini kodrat manusia atau memang saya yang aneh, setelah saya telaah lebih jauh, ternyata memang banyak orang – orang di sekitar saya (termasuk saya, hehehe…) yang hobi a.k.a gemar menyalahkan orang lain. Kenyataan ini dapat dijumpai hampir di segala hal, mulai dari hal – hal kecil seperti urusan pertemanan dan pergaulan, hingga urusan yang besar – besar seperti masalah – masalah yang dihadapi oleh Negara. JIka kita menonton tv, dewasa ini sering kita menjumpai acara tv yang menayangkan perdebatan – perdebatan yang di dalamnya terdapat banyak kasus – kasus “menyalahkan orang lain.” Perdebatan tersebut kemudian semakin meyakinkan saya untuk menyimpulkan bahwa ketika kita menyalahkan orang lain atas suatu kegagalan atau kesalahan, secara tidak langsung kita juga menyatakan bahwa kita tahu apa yang seharusnya dilakukan agar kesalahan atau kegagalan tersebut menjadi  benar (terkoreksi) dan sekaligus menantang diri kita sendiri untuk melakukan hal yang lebih baik dari segala sesuatu yang kita salahkan tersebut. Masalahnya Sob, sering kita jumpai kejadian dimana seseorang yang menyalahkan orang lain tanpa kemampuan memperbaiki dan hanya bisa menyalahkan orang lain tanpa reasoning and argumentation yang dapat dipertanggungjawabkan. Bahkan yang lebih mengenaskan, tindakan menyalahkan orang lain tersebut terkadang hanya dituduhkan secara asmuni alias asal muni (baca : asal bunyi) tanpa adanya alasan yang jelas dan digunakan untuk membunuh karakter seseorang.
          Berdasarkan pelajaran yang saya alami ini, dapat saya simpulkan bahwa menyalahkan orang lain itu sah – sah saja dilakukan jika disertai dengan alasan yang rasional, argumentasi yang dapat dipertanggungjawabkan dan yang paling penting yaitu harus disertai dengan kemampuan untuk memperbaiki kesalahan tersebut. Menurut pengamatan saya ne, biasanya, orang pinter itu jarang menyalahkan orang lain kalo ga bener-bener kepepet, orang pinter akan selalu berpikir terlebih dahulu sebelum berbicara, dia akan mengukur kapasitas dirinya terlebih dahulu sebelum menyalahkan orang lain. Jadi, jika ingin dianggap sebagai orang pinter, mari mengurangi kebiasaan menyalahkan orang lain.
(Tapi inget, ga hanya itu aje,,.syarat yang paling mutlak biar jadi orang pinter ya berdoa dan belajar…hehehe…)
           

0 komentar:

Posting Komentar